Turi, Pdmsleman.Or.id
Setiap aktivitas manusiadalam kehidupan sehari-hari hampir selalu menghasilkan limbah. Salah satu limbah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari adalah used cooking oil (UCO) atau minyak goreng bekas (jelantah), yaitu minyak goreng yang telah dipanaskan berulang kali.
Setelah digunakan berkali-kali, minyak jelantah biasanya dibuang ke tanah atau air, yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia.
Permasalahan jelantah juga terjadi pada rumah tangga ibu–ibu anggota ‘Aisyiyah yang tergabung dalam Ranting ‘Aisyiyah Donokerto I, pemecahan permasalahana agar minyak jelantah tidak dibuang sembarangan maka perlu dilakukan pengelolaan yang baik.
Hal ini mengundang Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP sebagai Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memberikan Solusi akan hal ini.
Sebagaiama Nampak pada program pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkat pengetahuan dan keterampilan ibu–ibu ‘Aisyiyah Donokerto I, Turi dalam memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi berbagai produk yang bermanfaat yang diikuti 30 orang pada Sabtu 3 Februari 2024.
Sementara itu anggota Tim Pelaksana lainnya apt. Perdana Priya Haresmita, M. Pharm. Sci dari Universitas Muhammadiyah Magelang mengatakan “ minyak jelantah apabila dikonsumsi terus menerus dapat membahayakan tubuh karena mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi sehingga dapat memicu berbagai penyakit”. Penggunaan minyak jelantah dalam waktu tertentu berdampak pada kesehatan akibat deposisi sel lemak yang terjadi di usus halus, pembuluh darah, jantung, dan hepar.
Setelah mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang dampak penggunaan minyak jelantah, selanjutnya dilakukan pelatihan pemanfaatan minyak jelantah menjadi lilin jelantik dan sabun cuci tangan dengan trainer Sherin Nawang Nauroh Nazhifah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sherin menyampaikan minyak jelantah dapat diolah menjadi berbagai macam barang yang bermanfaat dan aman bagi manusia, antara lain lilin jelantah aromaterapik (lilin jelantik), sabun cair untuk cuci tangan, sabun mandi batangan, dan sebagainya.
Dalam pembuatan lilin jelantik, minyak jelantah dengan bantuan bahan kimia kalium hidroksida (KOH) dapat bercampur dengan air, kemudian ditambahkan dengan esense sesuai kesenangan misalnya bau lavender, melati, kopi, dan sebagainya. Setelah semua bercampur, selanjutnya dituangkan dalam gelas atau mangkok dan diberi sumbu dari benang untuk dipadatkan sampai membentuk lilin aromaterapi.
Peserta kegiatan ibu–ibu ‘Aisyiyah dari PRA Donokerto I dan PCA Turi mengikuti dan mencermati teknis pembuatan secara baik sehingga saat melakukan praktik sendiri berhasil membuat lilin jelantik dan sabun cair untuk cuci tangan dari minyak jelantah dengan hasil yang sangat memuaskan. Sherin juga menyampaikan potensi ekonomi dari produk yang dihasilkan tersebut karena dapat dipasarkan kepada Masyarakat umum sehingga dapat memberikan pemasukan bagi ‘Aisyiyah.
Pada akhir kegiatan, Ketua PRA Donokerto I Septi Nur Wijayanti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Tim Pelaksana dari UMY dan Unimma, serta mengharapkan wawasan dan keterampilan yang diperoleh dalam program pengabdian kepada masyarakat ini dapat diterapkan oleh ibu–ibu ‘Aisyiyah sehingga ikut membantu mengurangi kerusakan lingkungan akibat pembuangan minyak jelantah.