Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 1)
Seorang saksi TPS tiba-tiba mengangkat tangan. Dia, seorang ibu muda.
“Pak Dwi. Dari penjelasan njenengan tadi, berarti kami juga harus ikut kampanye nggih ?, tanyanya.
“Ya betul Ibu. Nanti semua saksi Syauqi akan dibekali dengan 1 berkas DPT (Data Pemilih Tetap) sesuai TPS nya masing masing. Dari DPT itu nanti Njenengan bisa membacanya. Memilih dan kemudian memilah. Kira kira mana yang berpotensi untuk memilih Syauqi”, jelas saya.
“Golek tiyang pinten niku Pak ?”, tanya seorang Bapak.
“Minggir niku angsal target 5.300 suara. Dibagi 117 TPS. Dados rata rata per TPS niku = 45 suara. Dibulatkan 50 suara”, sambung saya.
” Waduh. Abot niku Pak Dwi !”, sergah Bapak tadi.
“Lha kok saget abot Pak ?”, tanya saya.
“Lha wong kampunge kula niku kathah sing mboten kenal Muhammadiyah je”, jelasnya.
“Tenang mawon Pak. Sami nggen kula. Kampunge kula niku 90 % penduduke Katholik. Tapi, kula yakin Insha Allah angsal. Bismillah”, jelas saya.
“Tapi Pak, biasanya orang orang itu akan bertanya : ana amplope ora ? Duwite pira ?”, sergah Ibu yang pertama tadi.
“Nggih leres niku Pak”, tambah yang lain.
Untuk beberapa saat, saya sempat tercekat. Tapi kemudian,
“Sampai sejauh ini, kami di TPC SQ Minggir belum bisa menjawab hal tersebut nggih Bu”, jelas saya.
Saya lalu mempersilakan Bapak Ketua TPC SQ Minggir untuk memberikan penjelasan. Pak H. Ngadimin dengan lugas lalu berkata :
“Ibu bapak, Mbak dan Mas saksi Syauqi semua. Bismillah, kita niatkan semua ini sebagai ibadah karena Allah SWT. Dan ini adalah ikhtiar kita sebagai warga persyarikatan Muhammadiyah. Ini adalah jihad Muhammadiyah”, terangnya.
“Kita ini mengajak untuk mencari wakil kita. Wakil dari Muhammadiyah untuk duduk di DPD RI. Dan kita tidak pakai amplop ataupun duit”, jelas pak Ketua.
“Bilang saja terus terang. Kalau ada yang tanya : endi amplope ? Atau, pira duite ?. Jawab saja : ora ana amplope. Ora ana duite”, sambungnya.
“Saya kembali mengingatkan. Bahwa amplop itu adalah termasuk suap. Dalam ajaran agama kita, yang menyuap dan yang menerima suap nanti sama sama masuk neraka”, pungkasnya.
“Begitu nggih Bapak Ibu, Mas Mbak ?” tanya pak ketua.
Sejenak ruangan hening. Saya menangkap ada nuansa ragu di antara mereka.
“Bapak Ibu, Mas Mbak. Anda semua gak perlu bimbang. Njenengan sedaya pede mawon”, jelas saya.
“Kula yakin. Panjenengan sedaya niki rak nggih asline Minggir ta nggih ?. Lahir, alit, ageng, ngantos sak niki rak nggih teng Minggir ta. Dados panjenengan sedaya tamtu sampun kenal kalih tangga kiwa tengene. Njenengan mestine saget metani si A, si B, si C dan seterusnya”, jelas saya.
“Lha nanti kalau tidak ada amplopnya, terus senjata kita apa Pak Dwi ?”, tanya seorang pemudi.
“Begini. “Pertama”, Anda semua nanti akan kami beri berkas DPT, sesuai TPS masing masing. “Kedua”, Anda akan disangoni Alat Peraga Kampanye (APK). Bentuknya : kalender, stiker, fotonya Pak Syauqi dan ada beberapa yang lain. Nanti APK itu bisa Anda bawa. Lalu kasihkan ke orang orang yang dijadikan target”, jelas saya.
“APK itu boleh Anda bawa. Stok APK sangat cukup untuk kebutuhan Anda semua. Jadi Anda tidak usah ragu nggih Bapak Ibu, Mas Mbak ?”, tanya saya.
Tiba tiba, seorang Ibu perwakilan dari Aisyiyah mengangkat tangan.
” Insha Allah nanti sekoci Aisyiah juga akan ambil peran Pak Dwi. Dan perlu diketahui dari sekian banyak saksi Syauqi ini beberapa adalah juga Tim Sekoci Aisyiyah. Jadi nanti kita akan bantu untuk kampanye ke jamaah kita”, jelasnya.
“Matur nuwun sanget Ibu. Atas bantuan dan dukungannya”, jelas saya.
*
Itu adalah gambaran suasana sebelum bimtek saksi Syauqi di Wisma Ngloji, sepekan sebelum Pemilu.
Alhamdulillah. Di saat saat yang genting, selalu saja ada jalan keluar.
Di banyak kesempatan, peran Ibu memang tidak bisa dianggap kecil. Barangkali, perannya tidak nampak. Tapi keberadaanya sungguh dirasakan.
Inilah ikhtiar kita bersama. Untuk menunjukkan Marwah Muhammadiyah.
(*)
Minggir, 18 Februari 2024.
Uwik DS.