Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 4.
Berbekal intensnya berkomunikasi dengan Mas EnKa, saya mulai paham bagaimana strategi tim Pemenangan Syauqi.
Saya jadi paham. Betapa pentingnya peran saksi pada setiap TPS. Bukan hanya untuk membantu meringankan dan memudahkan salah satu tahap dari sekian tahap dalam rangkaian strategi pemenangan. Melainkan juga dalam rangka untuk memastikan dan mengamankan suara Syauqi.
Maka, saya putuskan bahwa target pertama harus terpenuhi. Yakni : mencari 117 nama calon saksi Syauqi.
Saya betul betul berharap kepada bapak bapak Ketua PRM se Minggir itu. Yakni :
- H. Maryanto, SP., ketua PRM Sendangarum
- Drs. H. Sardi, ketua PRM Sendangagung
- Wagiyo, S.Pd., ketua PRM Sendangsari
- Drs. H. Suparyatno, ketua PRM Sendangmulyo.
- Drs. Agus Santosa, ketua PRM Sendangrejo.
Belakangan, Ketua PRM Sendangmulyo mendelegasikan tugas kepada Pak H. Nur Hidayat. Sedangkan Ketua PRM Sendangarum mengutus Bapak Satidjo, BA sebagai wakilnya.

Sementara itu, Pak Ketua PRM Sendangagung mengirimkan data nama nama calon ke Mas Antok Bekelan. Untuk kemudian dikirim ke saya.
Sedangkan untuk PRM Sendangsari dan Sendangrejo, terpaksa berjibaku. Gerilya sendiri mencari nama calon saksinya.
Ternyata, bukan perkara mudah untuk mencari 117 nama calon saksi itu.
Kendala utamanya adalah, pasti calon saksi tersebut akan bertanya : “Ana amplope ora ?”. “Duite pira ?”.
“Benar benar sebuah tantangan”, pikir saya.
Yang paling awal menyetor nama calon saksi adalah Pak Satidjo. Maklumlah, Sendangarum hanya ada 13 TPS.
Saya bisa membayangkan Pak H. Sardi pasti sedikit kesulitan untuk mencari nama calon saksi. Selain luasnya areal, pun karena jumlah TPS nya paling banyak : 33 TPS.
Pak Agus Santosa nampak terlalu pede. Beliau mengirimkan datanya diurutan kedua.
Salah satu datanya adalah ini :
- Nama: Onnie
NIK:
WA: 0812 1550 100
Almt: Klisat Sendangrejo Minggir
TPS: 013 Sendangrejo / Klisat
Coba Anda lihat redaksi kalimatnya. Lengkap dan jelas.
Cerita dari Pak Wagiyo agak beda. Saya juga bisa membayangkan bagaimana pak Wagiyo merekruit calon saksi. Pastilah ia akan ditanya tentang amplop itu.
Beberapa kali, Pak Wagiyo kontak saya.
“Wah, iki piye Pak Dwi. Aku dha ditakoni amplope pira e?”, katanya.
Sayapun berdiplomasi : “Pokoke mangkih angsal uang transport Pak !’.
“Isine pira ?”, sambungnya.
“Pokokmen ana !”, jelas saya.
Selepas membalas WAnya, saya menunggu respon Pak Wagiyo. Beberapa saat tidak ada balasan.
Mudah mudahan Pak Wagiyo paham. Atau malah tambah mumet.
Wk wk wk.
Dua hari kemudian, Pak Wagiyo kirim data nama saksi.
“Itu dua nama untuk saksi TPS pak”, tulisnya.
“Oke. Nuwun Pak. Tapi masih kurang 4 nama lho !”, jawab saya.
“Cukup itu saja Pak !”, jawabnya.
“Maksudnya gimana ?”.
“Untuk Sendangsari cukup itu saja namanya. Ini sudah mumet saya”, tambahnya.
“Kita mumet sama sama Pak !”, sambung saya.
Sebetulnya, saya juga tidak tega. Dalam hati, saya berketetapan, bagaimanapun, untuk Sendangsari, saya harus ikut andil. Sebagai sama sama dari Sendangsari.
Saya harus putar otak. Akhirnya ketemu juga.
Tiba tiba, saya melihat istri saya yang sedang duduk, selepas Sholat Maghrib. Saya dekati dia.
“Sampeyan tak dadekno Saksi Syauqi ya ?”, bujuk saya.
Diluar dugaan, ternyata pertanyaannya sama :
“Amplope pira ?”, katanya.
Saya kaget. Tapi juga malah ketawa.
“Lha kok malah ngguyui lho !”, jelasnya.
“Aku ngerti arah pertanyaane sampeyan. Wis, pokoke onok amplope. Tak jamin wis”, jelas saya.
“Aku gelem. Tapi aku njaluk nang TPS kene. Nek adoh, aku emoh !”, jelasnya.
“Wah berat iki. Ya wis. Sampeyan ndik TPS kene wae. TPS 02. Jetis Depok”, sergah saya.
Akhirnya, melalui perjalanan berliku, 117 nama calon saksi Syauqi itu sudah ada di tangan saya.
Alhamdulillah.
(*)
Minggir, 20 Feb. 2024.
Uwik DS.