Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 6)
Saya terus memonitor group TPD DPD SQ. Bahkan, bila mana diperlukan, saya sesekali mengubungi tim TPD SQ. Kalau tidak ke Mas EnKa, ya Kang Darojad.
Setelah dirasa sudah cukup, maka tahap berikutnya, kami merencanakan acara Bimtek Saksi SQ.
Jadwal sudah kami tetapkan. Yakni, Hari Ahad, 28 Januari 2024. Bertempat di SMP Muhammadiyah 1 Minggir.
Alhamdulillah, acaranya berlangsung antusias. Jumlah saksi yang datang lebih dari 75%. Ada sebagian saksi yang tidak datang. Itupun karena mereka mengikuti acara Hari Aisyiyah di Sportorium UMY. Yang waktunya bersamaan.
Nampak juga beberapa person dari TPD SQ. Ada Kang Darojad, Mas EnKa, mas Azis dan Mas Afif (dua nama terakhir adalah yang mewakili Tim IT TPD).
Awalnya saya pede. Tapi akhirnya berubah jadi sedikit kecewa. Perkiraan saya meleset. Ternyata, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Itu karena keterbatasan saya mengenai teknis dan tahapan dalam urusan persiapan proses pemungutan suara itu. Saya sama sekali buta tentang hal itu.
Bimtek Saksi Syauqi dibagi 2 (dua) tahapan.
Tahap pertama, bimbingan dan pemantapan tentang fungsi dan tugas saksi Syauqi.
Tahap kedua, bimbingan teknis IT (bimtek IT). Yakni bimbingan kepada saksi terkait dengan cara dan penggunaan Aplikasi Relawan Syauqi. Yang fokusnya adalah cara pengisian dan pengamanan jumlah suara Syauqi melalui aplikasi yang tersambung ke web.
Di saat awal, acara tersebut berjalan biasa saja. Namun ketika memasuki sesi bimtek IT, barulah suasana jadi heboh.
Muncullah berbagai komentar dan pertanyaan dari para saksi.
Berikut hanya sebagian kecil saja komentarnya :
“Mas, HP kula kok mboten saget ?”.
“Mas, nggen kula kok ming mubeng mubeng terus ?”
“Mas, ngajarinnya jangan cepet cepet. Diulangi dari awal Mas ?”.
Dan ada beberapa lagi.
Di sisi lain, ketika bimtek IT berlangsung, barulah ketahuan bolongnya.
“Pertama :”, yang jelas, setiap saksi harus punya dan membawa HP yang mendukung. Pun, sudah terisi kuota yang cukup.
Nyatanya, ketika bimtek berlangsung, ada banyak HP yang kuotanya tidak mencukupi. Ada juga HP yang fasilitasnya terbatas Bahkan ada juga saksi yang tidak membawa HP.
Saya mendekati seorang bapak. Yang sedari tadi nampak diam. Atau malah bingung. Kebetulan saya kenal dengannya.
“Pripun Pak Sanijo ? Kok mendel mawon ? HP ne pundi ?”, tanya saya.
“HP kula rusak Pak Dwi. Tapi mangkih pas Hari H, kula ajeng tumbas HP”, katanya.
“Lha njenengan paham dereng kalih bimtek e niki wau ?”, sambung saya.
“Nggih dereng pak. Tapi tenang mawon Pak Dwi. Mangkih nek mpun gadhah HP, kula yakin. Ngoten niku saget kula pelajari”, jelas Pak Sanijo.
“Tenane Pak ?”, balas saya.
“Lho estu Pak. Tenang mawon”, katanya.
“O nggih. Nggih …”.
“Kedua :”, setelah memastikan kelengkapan HP, tahap berikutnya, saksi harus bisa menginstal “aplikasi Relawan Syauqi”. Lalu, diajari cara menggunakannya.
Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, saksi harus punya nomer akun sendiri sendiri. Data dari setiap akun akan menerangkan nama saksi, nomer TPS dan alamat TPS di mana saksi akan bertugas.
Ternyata, untuk mendapatkan atau mendaftarkan nomer akun, maka data dari masing masing saksi haruslah lengkap. Nama lengkap, NIK dan alamat domisili saksi.
Di sinilah saya baru paham. Kenapa waktu itu mas EnKa bilang : data saksinya harus lengkap, termasuk NIK nya sekalian.
Saya baru sadar. Data saksi hampir semua tanpa NIK. Bahkan beberapa nama saksi ternyata hanya nama panggilan.
“Wah, berarti data saksi belum beres ini. Masih jadi PR”, batin saya.
Akhirnya, tim IT TPD memberikan jalan keluar. Proses pengisian aplikasi Relawan Syauqi dengan melalui akunnya koordinator TPC. Salah satunya akun saya.
Dan, proses uji coba penggunaan aplikasi Relawan Syauqi mulai dicoba oleh para saksi.
Hasilnya : lha wong saya saja, sebagai koordinator juga bingung, apalagi saksi !
(*)
Klaten, 22 Februari 2024.
Di sela sela makan siang.
Uwik DS.