SLEMAN. Pdmsleman.Or.Id Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) dan Ikatan Guru ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) Pakem, Sleman sukses menggelar acara spesial bertemakan, “Kunjungan Museum dan Nonton Bareng Film Nyai Ahmad Dahlan” pada Rabu (28/5) di Museum Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Kegiatan yang diikuti sebanyak 58 aktivis ‘Aisyiyah Pakem ini tidak hanya bertujuan mengenal sejarah, tetapi juga menggali inspirasi dan pelajaran berharga dari kisah perjuangan Siti Walidah, atau lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, tokoh emansipasi perempuan Indonesia dan istri pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Di Museum UAD Yogyakarta, pemutaran film Nyai Ahmad Dahlan ini berlangsung sejak 24 Mei hingga 1 Juni 2025 mendatang, dengan empat sesi pemutaran di setiap harinya. Film Nyai Ahmad Dahlan merupakan drama biopik Indonesia yang disutradarai Olla Atta Adonara, dan dibintangi Ratu Tika Bravani sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Film ini mendedah perjalanan inspiratif Siti Walidah, dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan pendidikan perempuan, sekaligus kontribusinya dalam membangun peradaban melalui Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Aktivis ‘Aisyiyah Harjobinangun, Pakem, Sleman, Titik Suryani mengatakan, kegiatan nonton bareng film Nyai Ahmad Dahlan tidak hanya menjadi ajang refleksi sejarah dan transfer nilai, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi perjuangan perempuan Indonesia. “Sejarah Muhammadiyah dalam membangun peradaban harus dipelajari dan diceritakan kepada generasi penerus. Menurut saya, museum dan film dapat menjadi media efektif, efisien, dan menyenangkan untuk menyampaikan nilai-nilai baik tersebut,” ujarnya. Titik menekankan, bahwa Nyai Ahmad Dahlan adalah salah satu teladan perempuan Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan melalui tradisi lisan yang istimewa. Dirinya juga mengisahkan, bagaimana Nyai Ahmad Dahlan mengajarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis melalui amal tindakan nyata. “Hidup beliau untuk amal saleh, hobi berbagi dan bersedekah. Nyai mengajak perempuan berserikat bukan untuk membicarakan orang, tetapi menyusun rencana mengimplementasikan nilai-nilai surat Al-Ma’un dalam kehidupan,” ujarnya. Menurut alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya ini, kiprah tokoh pahlawan perempuan dari rahim Muhammadiyah itu, memiliki pikiran dan kiprah yang melampaui zaman. Hidupnya semata dihibahkan untuk peran sentral keumatan dan kebangsaan. Lebih lanjut, wali murid SD Muhammadiyah Pakem ini berharap, pesan terkandung dalam film Nyai Ahmad Dahlan sampai kepada segenap aktivis muda Muhammadiyah maupun anak bangsa Indonesia pada umumnya. Karena, menurutnya, film tersebut patut diteladani sebagai modal perjuangan kaum perempuan. “Mari kita simak perjuangan monumental seorang perempuan pahlawan dan pemberani dalam membangun tanah airnya,” tambahnya. Rep : (Athiful/KIM Depok Editor Arief Hartanto MPI PDM Sleman