Sleman, Pdmsleman.Or.Id Pada Jum’at, 1 Maret 2024, Korps Relawan Muhammadiyah PPM Muhammadiyah Boarding School Putra Sleman, Yogyakarta melaksanakan upacara penutupan Pendidikan Khusus Relawan ke – 2. Pelaksanakan kegiatan ini merupakan penghujung rangkaian program pelatihan DIKUS Relawan ke – 2 yang sebelumnya telah dilaksanakan pelatihan dalam ruang dan praktikum pada tanggal 5 – 9 Februari 2024 di komplek Gedung Kelas Putra Terpadu dan komplek SD Muhammadiyah MBS Prambanan, Sleman. Upacara kali ini hadir sebagai inspektur upacara, Indrayanto selaku Ketua Lembaga Resiliensi Bencana PWM D.I.Yogyakarta. Pada amanatnya, menyampaikan pesan kepada segenap personel Korps Relawan Muhammadiyah “ agar selalu mengasah skill yang dimiliki sebagai bekal persiapan untuk mencetak kader-kader Relawan Muhammadiyah”. Selain itu juga disampaikan bahwa merupakan sebuah kelebihan bahwa PPM Muhammadiyah Boarding School Sleman memiliki sebuah gerakan relawan berbasis pelajar dan menjadi satu – satunya sekolah Muhammadiyah yang memiliki gerakan tersebut. Sebagai upaya membentuk ketangguhan komunitas berbasis sekolah / pesantren (SPAB). Hadir juga pada kesempatan kali ini Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) PDM Kabupaten Sleman sekaligus Pembina Utama Korps Relawan Muhammadiyah PPM Muhammadiyah Boarding School Sleman, ustadz M. Fauzan Yakhsya, S.Hum beserta perwakilan tim SAR Muhammadiyah D.I.Yogyakarta. Tidak hanya melaksanakan penutupan secara seremonial saja, pada kegiatan ini juga dilaksanakan pemberian penghargaan kpeada peserta terbaik program pelatihan DIKSUS Relawan ke – 2 tahun 2024. Muhammad Akmaluddin Roofi, santri kelas 11 IPS 1 yang kesehariannya menjabat sebagai Wakil Ketua I Bid. Pendidikan, Latihan, dan Pembinaan Relawan berhasil mendapatkan penghargaan tersebut dengan perolehan nilai total tertinggi selama masa pelatihan. Reportase M. Fauzan Yakhsya S.Pd Ketua MDMC / LRB PDM Sleman Editor Arief Hartanto SE MPI PDM Sleman
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 14).__ Saya sempat menyapu pandang pada jam dinding besar, yang terpasang di atas kusen pintu ruang utama Ngloji. “Ahh … Masih belum terlalu malam kok”, batin saya. “Tapi, mengapa beberapa tim IT dan kordes yang perempuan, nampak sudah mulai berkemas kemas ?”, batin saya. Saya terkecoh. Rupanya, jam dinding besar itu lebih lambat 30 menit dari yang semestinya. Berarti saat ini sudah jam 22.30. Waktu yang cukup larut buat teman teman perempuan itu. Satu per satu, mereka pamit. Undur diri. Sementara itu, di ruang sayap Utara, para senior kordes itu masih setia di tempat. Menunggu para saksi menyerahkan. salinan C1 hasil. Namun, itu hanya beberapa saat saja. Sesaat kemudian, bapak bapak itu juga undur diri. Berkas salinan C1 yang diserahkan oleh saksi, kemudian diserahterimakan kepada Kordes yang lebih muda. Tiba tiba, muncullah Mbak Handayani. Saksi Syauqi dari TPS Botokan. Rupanya, dia diantar oleh Sang Suami, Mas Murjono. Menyerahkan salinan C1 hasil. Pak Satidjo, melalui group SQ Sendangarum, memutuskan untuk membawa pulang berkasnya. Dan bersedia menerima penyerahan berkas di kediamannya, besok hari. Demikian pula dengan Pak Wagiyo, untuk yang Sendangsari. Jadi, praktis tinggal yang Sendangrejo, Sendangagung dan Sendangmulyo yang masih menerima penyerahan berkas salinan C1. Sesaat kemudian, semua tim IT dan kordes juga undur diri. Tinggal Mas Fathan yang bertahan. Itupun tidak lama, sesaat kemudian, iapun undur diri. Semua berkas salinan C1 hasil diserahkan ke saya. Saya sempat kembali melirik jam dinding itu. Pukul : 11.00 malam. Ups, salah. Harus ditambah 30 menit. Berarti, pukul : 11.30 malam. Malam merangkak pelan. Sepi. Sunyi. Semua bunyi telah sembunyi. Hanya tinggal 3 orang yang sekilas masih terlihat. Ada Mas Sunu dan Pak Samija. Serta satu orang lagi, entah siapa. Tidak begitu jelas. Pak Samija adalah saksi Syauqi di TPS 03 Sendangarum. Tiba tiba, datanglah seorang saksi perempuan. Dari TPS Sendangagung. Saya pikir, dia sendirian. Ternyata, diantar ibunya. Saya harus bertahan 30 menit lagi. Group saksi SQ sudah sepi. Sudah tidak ada lagi komentar. Akhirnya, jam dinding itu menunjuk : 11.30 Itu artinya : pukul 00.00. Saya mulai berkemas kemas. Mas Sunu dan Pak Samija membantu menutup semua jendela dan pintu Ngloji. Serta membersihkan sisa makanan dan wadah makan dan minum yang berserak di sana sini. Tepat 00.10. Saya dan Pak Samija undur dirii. Sedangkan Mas Sunu masih bertahan di Ngloji. Ada satu orang lagi, yang masih ada di ruang LazisMu. Tapi tidak jelas, siapa ia. Seingat saya, sedari tadi, ia hanya tidur di kursi ruang LazisMu. “Aku balik sik ya Mas !?”, kata saya. “Ya wis ati ati !”, jawab Mas Sunu. “Ora bali pa ?”, tanya saya. “Ya sik. Dela engkas !”, jawabnya. Sayapun segera memacu motor. Otw. “Ngalup nyang hamur”. Begitu sampai di rumah, “Weh, jam pira marine TPS kene mau ?”, tanya saya ke istri saya. “Baru saja selesai. Tas wae lungguh iki”, jawabnya. Ketika baru saja saya duduk, tiba-tiba, HP saya bergetar. Ada panggilan masuk. Nomer yang tak dikenal. “Hallo… Assalammu ‘alaikum. Mas Dwi”. “Wa alaikum slm wrwb. Sinten nggih niki ?”, tanya saya. “Kula Rochmani Mas”. “Pripun Pak Rochmani ?”. “Kok jarene Ngloji mpun tutup nggih ? “, katanya. “Nggih Pak. Niki sesuai kesepakatan wau. Justru usule saking beberapa saksi. Terus dirembug kalih tim TPC SQ. Lajeng diputuske penerimaan salinan C1 ngantos jam 00.00. Mulane, wau Ngloji mpun ditutup. Dilajengje besok pagi”, jelas saya. “Wah pripun nek ngoten niku ?”, katanya. “Lhoh Pak. Nyuwun sewu. Niki sing mutuske sanes kula piyambak lho. Niki wau sampun disepakati kalih sedaya anggota tim TPC. Usulane malah saking beberapa saksi”, terang saya. “Wah, kudune nggih nunggu saksi. Ampun tutup riyin. Lha niki kula tasih teng TPS. Njenengan wis bali. Kudune rak ya sithik edhing ngoten lho”, sambungnya.. Begitu mendengar kalimat terakhir dari Pak Rochmani itu, saya langsung berdiri. Rasa kantuk saya langsung hilang. Saya langsung membalas Pak Rochmani : ” Sudah pak. Gini aja. Njenengan jam berapa akan nyerahkan salinan C1 ?”. “Nggih paling setengah jam an malih Mas !”, katanya. “Nggih pun. Kula tengga teng Ngloji !”, tegas saya. Saya langsung ingat Mas Sunu. Saya menghubunginya : “Hallo … Mas Sekjend apakah masih posisi di Ngloji ?”. “Masih …!. Piye …?”, katanya. “Tolong, lawange Ngloji dibuka !. Aku arep mrono maneh !”, kata saya. Saya lalu bergegas mengambil tas berisi berkas berkas salinan C1. Mengambil kunci motor. Lalu bergegas keluar. Tiba tiba, saya ingat anak mbarep saya. Yang jadi saksi SQ di TPS 07 Sembuhan Kidul. “Fadhli wis mulih tah ?” tanya saya kepada istri saya. “Durung !. Kasihan anak itu. Mbok nanti ditiliki !”, sambungnya. Sebelum meluncur ke Ngloji, saya sempat membuat pengumuman di Group saksi SQ Minggir. “NGLOJI DI BUKA LAGI. 24 JAM”. Sayapun segera memacu motor. Kembali ke Wisma Ngloji. Nampak, Mas Sunu masih ada di sana. Seseorang yang sedari tadi tidur di kursi Lazis, juga masih ada di sana. Masih tidur. Begitu saya masuk ruangan Lazis, ia terbangun. Beberapa saat kemudian, ada suara motor berhenti di halaman Ngloji. Dua orang anak muda masuk. Menyerahkan salinan C1 hasil.Saksi dari TPS Sendangagung. Tiba-tiba, seseorang yang sedari tadi tidur dan kemudian bangun itu, nampak duduk di kursi. Lalu berkata : “Kudune, nek pas ana acara kaya ngene iki, panitia kudu sigap. Kantor ora oleh tutup. Buka 24 jam”. Saya cuma mendengarkannya, Ia masih berkata lagi : “Blaaa …. Blaaa ….Blaaa …”. Saya mulai terpancing : “He ….Mas …. Sampeyan iki gak ngerti kenthang kimpule. Dadi gak usah melok melok !”.(*) Minggir, 25 Feb. 2024.Waktu hujan lebat, sebelum Ashar. Uwik DS.
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 13). Sore sudah berganti malam. Adzan Isya sudah lewat beberapa saat. Kami masih fokus di Posko Wisma Ngloji. Tetap dengan kekuatan penuh. Tiba-tiba, di group saksi SQ Minggir ada barita masuk. “Kalau mau nyerahkan hasil salinan C1 kemana ya ?”, tanya seorang saksi. Saya segera menjawab : “Ke Posko Ngloji. Serahkan ke kordesnya masing masing. Setelah menerima salinan C1 hasil, kordes akan menyerahkan uang transport saksi”. Tiba tiba, Mas Fathan memberitahu saya : “Pak Dwi, nyuwun sewu. Mohon sekalian disampaikan ke saksi. Bahwa salinan C1 hasilnya, sebelum diserahkan ke Ngloji harus sudah ditandatangani oleh KPPS serta seluruh saksi DPD di TPS yang bersangkutan”. “Oke. Mas. Makasih”, jawab saya. “Satu lagi Pak. Bahwa salinan C1 yang ditanda tangani itu jumlahnya 3 lembar”, sambung Mas Fathan. Maka, buru buru, saya segera memberikan pengumuman di Group saksi SQ Minggir, terkait dengan hal tersebut. Waktu terus merangkak. Tim IT dan kordes Sendangarum nampak sudah mulai melakukan pengecekkan ulang. Tanda bahwa di tim mereka, pekerjaannya sudah hampir rampung. Tapi, masih ada beberapa tim di ranting lain yang masih sibuk. Salah satunya justru di ranting Sendangmulyo. Yang adalah tim bagian saya dan Raihan. “Ada kendala apa Mas ?”, tanya saya ke Mas Fathan. “Ini masih ada 3 orang saksi yang sama sekali belum kirim data dan foto C Plano Pak”, jelasnya. “Saksinya sudah dihubungi kah ?”, tanya saya. “Mas Raihan sudah beberapa kali WA dan nelpon saksinya. Tapi tidak terhubung”, jelasnya. Di Tim Sendangmulyo inilah satu satunya tim yang merupakan tim dengan kerjasama antara guru dan murid. Mas Fathan adalah guru TI di SMAN Seyegan. Dan Raihan adalah muridnya. Raihan sudah lulus tahun lalu. “Apakah opsi terakhir sudah ditempuh ?”,:tanya saya. “Wah maaf Pak. Kayaknya saya tidak ada teman yang menjadi KPPS di TPS tersebut”, jelasnya. “Oke… Oke… Kalau gitu, kita akan turun ke TPS tersebut”, kata saya. Maka, saya dan Raihan, terpaksa turun. Meluncur ke TPS yang bermasalah tersebut. Tak butuh waktu lama, kami sampai lokasi. Raihan menemui saksi Syauqi di TPS. Mereka terlibat perbincangan. Saya berada di kejauhan. Nampak, Raihan agak kewalahan. Sayapun mendekat. Ikut dalam pembicaraan. Ternyata, si saksi tidak membawa HP. “Nembe kula chas Pak !”, katanya. Saya langsung jelaskan ke bapak saksi : “Njenengan mangkih, langsung kondur mawon. Mendhet HP ne. Lajeng, nika lembaran C1 Plano nika sing ditempel teng ngajeng nika, mang foto. Terus mang kirim teng nggene HP ne Mas Raihan niki nggih”. “O nggih Pak. Matur nuwun. Mangkih kula pendhete”, sambungnya. “Sak estu lho Pak nggih ! Kula tengga !”, tegas saya. Kamipun meluncur pulang. Balik ke posko Ngloji. Waktu terus merambat. Tak bisa dihadang, walaupun sesaat. Semakin malam. Tiba tiba, di Group saksi SQ Minggir,“Mohon info. Ini ternyata salinan C1 hasilnya belum bisa kami dapatkan. Kata panitia, nanti diberikan ke saksi, menunggu penghitungan suara selesai semua”, kata seorang saksi. Dan, setelah itu, Group Saksi SQ Minggir bertambah riuh. Banyak saksi yang memberikan komentar senada. “Pak Dwi, mohon kebijakannya. Kalau seperti itu, kami bisa nunggu sampai tengah malam ini”, sela seorang saksi. “Sampai Subuh, bisa bisa belum selesai ini Pak !”, kata yang lain lagi. Saya segera tanggap. Saya berikan pengumuman di Group saksi SQ : “Terkait dengan pengumpulan salinan C1, Posko Ngloji akan buka 24 jam. Nanti akan ada petugas yang berjaga”. Tiba tiba, kordes Sendangrejo, Mas Nur Sahid menghampiri saya. “Pak, ini ada beberapa saksi kami, yang sampai dengan saat ini masih nunggu salinan C1. Kasusnya sama dengan yang lain. Mereka belum dikasih salinannya”, katanya. “Maksud saya begini Pak. Berhubung beberapa saksi kami, terutama yang ibu ibu dan yang sepuh sepuh itu, mereka kalau nunggu sampai tengah malam atau bahkan pagi besok, kan kasihan”. “Ini kami hanya menyampaikan usulan yang datang dari mereka. Apakah boleh, misalnya mereka malam ini pulang dulu. Dan salinan C1 nya baru akan diambil besok pagi. Lalu, akan diserahkan ke Ngloji besok pagi juga”. Setelah mendengarkan usulan Mas Nur Sahid itu, saya lalu berdiri. Berjalan menyeberang ke ruang sayap Utara. Tempat para senior kordes dan ketua TPC berada. Saya sampaikan masukan dari mas Nur Sahid itu. Semua senior kordes mendukung. Dan menyepakati. Bahwa : Berbekal hasil kesepakatan dengan senior kordes dan ketua TPC tersebut, sayapun segera menelpon Mas EnKa. Panjang lebar saya ceritakan kepadanya. Mas EnKa juga menyetujui kesepakatan itu. Saya sempat membaca suasana Group Saksi SQ Minggir. Nadanya tetap sama. Mereka menginginkan ada kebijakan. Berbekal tambahan informasi itu, maka saya segera putuskan untuk mengumumkan kesepakatan antara semua tim TPC SQ. “Mohon maaf nggih Bapak Ibu, Mas Mbak saksi SQ. Kami tidak bisa memberikan kebijakan, seperti yang Anda semua harapkan. Sampai saat ini, kami masih berpegang pada kebijakan TPD. Bahwa salinan C1 nya harus ditandantangani dulu. Baru kemudian diserahkan ke Posko”. “Berdasarkan usulan dari beberapa saksi sendiri serta kesepakatan dengan seluruh anggota TPC SQ Minggir, maka kami putuskan : Posko Ngloji akan ditutup pada pukul 24.00. Sehingga penyerahan salinan C1 maksimal akan dilayani sampai jam 24.00”. “Selanjutnya, Ngloji akan dibuka kembali besok pagi”.(*) Minggir, 25 Feb. 2024Selepas pulang dari sawah. Uwik DS.
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 12).Sedikit lega. Tapi, belum sempurna. Itu baru permulaan. Pertempuran sebenarnya justru baru akan dimulai. Sebentar lagi. Setelah Sholat Dzuhur, dengan seijin Pak Ketua TPC, saya mencoba mengumpulkan para punggawa TPC SQ Minggir. Mereka adalah tim IT dan kordes masing masing ranting. Susunan Formasi terakhirnya adalah sbb : SQ Sendangagung :Kordes : 1. Drs. H. Sardji2. Attin Nur HalimahTim IT. : 1. Fayrus Chalisa Nadya Ulya2. Azmi Adil SQ Sendangmulyo :Kordes : 1. Drs. H. Nur Hidayat2. FathanTim IT. : 1. Dwi Sumartono2. Raihan Widya Ahmad SQ Sendangrejo :Kordes : 1. Drs. Agus Santoso2. Nur SahidTim IT. : 1. Ari Patriani2. Muh. Ali Akbar Musa SQ Sendangarum :Kordes : 1. Satidjo, B.A.2. Irfan NugrohoTim IT. : 1. Fajarudin SQ Sendangsari :Kordes : 1. Wagiyo, S Pd.2. Nur FaizunTim IT. : 1. Hilma Tsani Amanati Hampir semua personil tim TPC di atas adalah orang baru. Rata rata masih sangat belia. Saya yakin di antara mereka banyak yang masih asing. Dalam kesempatan itu, saya mencoba mengenalkan satu per satu semua person. Pak Ketua TPC pada kesempatan itu memberikan dorongan dan semangat kepada mereka. Saya menambahkan : “Justru kerja berat Anda semua adalah selepas ini. Saya harap, tim IT dan kordes masing masing ranting harus saling kerjasama”. “Dalam prakteknya nanti, fungsi dan peran antara tim IT dan kordes, hampir tidak ada bedanya. Saya berharap personil tim IT dan kordes masing masing ranting nanti harus berbagi peran. Tapi juga harus luwes. Jangan kaku”. “Tujuan akhir tugas Anda nanti adalah memastikan bahwa data yang ada di lembaran C1 hasil di TPS bisa diinput dengan cepat, tepat dan akurat”, tegas saya. “Kalau seandainya sampai batas waktu tertentu, Anda menganggap data dari TPS belum masuk, maka Anda wajib melakukan kontak kepada saksi di TPS itu. Bisa melalui WA atau langsung di telpon”. “Tapi kalau seandainya dengan kedua cara tersebut, masih juga belum teratasi, maka silakan Anda atur sendiri. Anda harus pergi menemui saksi di lokasi TPS”, jelas saya. Maka, ruang tengah Wisma Ngloji setelah itu seperti berubah menjadi ruang istimewa. Seperti sebuah ruang canggih. Yang ditempati oleh anak anak muda cekatan dan visioner. Beberapa saat setelah Dzuhur, praktis mereka masih bisa duduk duduk santai. Tapi menjelang Ashar, barulah mereka mulai mendapat kiriman data dari saksi. Semua anggota tim IT dan kordesnya berpasang pasangan. Sesuai ranting masing masing. Mereka duduk menghadap lap top. Sesekali sebelah tangannya lincah memainkan HP nya. Sebentar kemudian pandangannya beralih memelototi layar lap topnya. Mereka mulai memantau data yang masuk melalui aplikasi Relawan Syauqi. Beruntung bagi tim IT dan kordes, yang saksi saksinya sudah menguasai aplikasi Rekawan Syauqi. Tim tersebut cukup memantaunya saja di lap top. Datanya apakah sudah benar atau belum. Cepat sekali dan sangat efisien. Sebenarnya, ada satu hal yang masih saya takutkan. Yakni : “Bagaimana dengan saksi yang sampai dengan bimtek terakhirpun, masih saja belum paham dengan aplikasi Relawan Syauqi itu ?”. “Atau, bagaimana dengan saksi yang tiba tiba mengalami kendala yang tidak bisa terelakkan. Misalnya : kehabisan kuota, tidak ada sinyal atau kendala yang lain ?”. Rupanya, ketakutan saya itu tidak terbukti. Sepanjang pemantauan saya, ternyata anak anak muda itu tak kekurangan akal. Di antara teman satu timnya, mereka itu sudah saling “baku atur”. Dari aplikasi Relawan Syauqi, mereka sudah bisa memantau. Mana saksi yang sudah bergerak. Dan mana pula saksi yang tetap diam “njekengkeng”. Jika ditemukan ada saksi yang diam tak bergerak, salah seorang dari mereka langsung menghubungi saksi. Via WA atau langsung menelponnya. Jika sangat terpaksa mereka hanya menyuruh saksi tersebut untuk mengirimkan foto C1 hasilnya. Lalu di WA kan ke kordesnya. Begitu simple nya. Lalu, bagaimana dengan ketakutan saya di atas ? Mereka juga tidak kekurangan akal. Mereka ternyata juga sudah punya radar dimana mana. Mereka sudah punya data, siapa teman temannya atau kenalannya yang menjadi KPPS di TPS yang bersangkutan. Kepada temannya tersebut, mereka meminta tolong untuk mengirimkan foto C1 hasilnya. Kepada mereka saya menyampaikan : “Pastikan bahwa data yang diinput adalah benar dan akurat. Untuk itu Anda harus perlu cross cek kembali”. Al hasil, setelah Isya, sebetulnya tim kordes dan Tim IT sudah hampir rampung menyelesaikan hasil inputan datanya. Mungkin, hanya tinggal beberapa saksi saja yang belum selesai. Lalu, bagaimana dengan para senior kordesnya ? Sesuai kesepakatan ketika rakor, maka bapak bapak senior kordes itu juga sudah bersiap diri. Tugas mereka menerima salinan C1 hasil suara DPD yang diserahkan oleh para saksi. Untuk kemudian memberikan uang transport masing masing. Rupanya, bapak bapak itu tidak ingin “menggangu” kerja para juniornya. Mereka duduk tidak satu ruangan dengan para juniornya. Mereka menempati ruang tersendiri. Ruang di sayap Utara Wisma Ngloji. Hmmmm …… Enak juga ternyata kalau dalam bekerja, semuanya bisa saling “baku atur” seperti ini.(*) Minggir, 25 Feb. 2024.Bada Subuh. Uwik DS.
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 11).Malam, sebelum ke Wisma Ngloji, saya menyempatkan berkirim pesan kepada Tim TPC SQ, melalui Group SQ Minggir : “Mengingatkan kembali, besok Rabu, 14 Februari 2024, semua personil tim TPC SQ Minggir, ketua PRM, kordes, tim IT dan relawan SQ harap sudah berada di Posko Ngloji pada jam 10.00 WIB. Untuk itu harap bisa mengkondisikan diri”. “Untuk teman teman tim IT dan kordes junior, jangan lupa membawa lap top dan perlengkapan alat tulis seperlunya”, sambung saya. Dan, keesokan harinya : 14 Februari 2024. Pukul 09.30. Saya sudah merapat di Ngloji. Rupanya, paketan konsumsi untuk saksi dan semua petugas yang terlibat dalam TPC SQ, sudah datang. Semuanya didrop di ruang LazisMu. Beberapa person LazisMu, sekoci Aisyiyah dan beberapa relawan sudah nampak sibuk. Mereka menyiapkan dan memasukkan makanan dan minuman itu dalam sebuah wadah. Paketan konsumsinya adalah :2 box snack, untuk pagi dan sore1 box nasi, untuk makan siang2 botol air mineral. Satu per satu, semua anggota Tim TPC hadir. Tak lama berselang, pada pukul 10.15, semua person sudah komplit. Sesuai dengan hasil kesepakatan di rakor, bahwa konsumsi saksi akan didistribusikan oleh relawan. Tetapi, nampaknya person relawan yang datang belum cukup. Hanya ada Mas Gunardi saja, seorang. Selebihnya adalah ibu ibu Sekoci Aisyiyah. Saya terpaksa meminta bantuan driver AmbulanMu yang stand by. Hanya ada satu orang yang sanggup : Mas Akhid Klodran. Tiba-tiba, di group saksi Syauqi Minggir, ada seorang saksi yang bertanya : “Konsumsi untuk saksi kapan dikirim ya ?”. “Ini masih disiapkan. Mohon sabar menunggu. Bentar lagi didrop”, jawab saya. Hari semakin meninggi, relawan terbatas dan armada juga terbatas. Sudah hampir pukul 10.30. Group saksi SQ Minggir kembali riuh. “Hauuus..!. Konsumsi kok belum datang ?”, komentar salah seorang saksi. Beruntung, Pak Sardi tanggap ing sasmita. Rupanya, beliau sudah mempersiapkan diri. Jatah konsumsi untuk saksi Sendangagung, dibawanya sendiri. Dimasukkannya ke dalam armada. Didistribudikan sendiri. Dibantu oleh Bu Erlani dan Bu Watini. Sendangagung teratasi. Tinggal yang lain. Jatah untuk Sendangrejo, Sendangsari dan Sendangarum dijadikan satu armada. Mas Gun dan Mas Akhid yang mengawalnya. Sejurus kemudian, mereka meluncur ke lokasi. Sesuai kesepakatan, konsumsi akan didrop di masing masing ketua ranting. Nanti, ketua ranting yang akan mengirim ke TPS masing masing. Matahari semakin meninggi. Ternyata, istri saya, yang juga saksi Syauqi di TPS 02 Jetis Depok, Sendangsari, ikutan komentar. Dia njapri saya : “Konsumsine kok durung teka ?. Selak luwe. Isuk mau berangkat nyang TPS jam 06.30. Durung sarapan”. “Sik … Sik … Lagi diatur distribusinya”, kata saya. “Kok suwe men ?. Iki saksi DPD PKS wis dikirim jatah. Syauqi kok lambat ?, sambungnya. “Waduh …. Yo wis tunggu ..!”. Tiba tiba, saya kebayang sama Pak Wagiyo. Saya tahu persis, bahwa beliau tidak punya relawan tambahan untuk dropping konsumsi di Sendangsari. Sepersekian detik, otak saya berputar. Lalu, saya putuskan untuk ikut terjun membantu drop makanan. Saya ajak anak saya, Raihan. Berdua kami meluncur ke tempat Pak Wagiyo. Beruntung, makanan baru saja sampai. Lalu, kami “baku atur”. TPS Sendangsari ada 16. Saya bawa separoh, untuk wilayah Sendangsari Selatan. Selebihnya, Pak Wagiyo, untuk wilayah Utara. Alhamdulillah, akhirnya Sendangsari selesai. Demikian juga dengan Sendangrejo dan Sendangarum. Kamipun, meluncur. Kembali ke Posko Ngloji. Di group saksi SQ Minggir, masih ada yang komentar : “Konsumsi untuk Sendangmulyo kok belum sampai nggih ?”. “Yaa Allah. Masih ada satu yang belum”, batin saya. Matahari semakin menyengat. Sudah lewat pukul 11.00. Sekelebatan, saya nampak Pak Nano dan Mas Sunu. Rupanya mereka berdua “baku atur”. Awalnya, oleh karena kekurangan relawan, konsumsi untuk Sendangmulyo akan dibawa oleh Mas Sunu. Semua bahan sudah dimasukkan ke dalam mobilnya. Tapi ternyata, Mas Sunu terbentur “kahanan”. Ia belum nyoblos. Padahal, waktu itu sudah pukul 11.15. Akhirnya, kami sepakat. Konsumsi untuk Sendangmulyo dibagi distribusinya. Yang mendistribusikan 3 orang sekaligus. Biar cepat. Yakni : Pak Nano, saya dan satu lagi, Bu Watini bersama siapa ya : Mbak Ajun ataukah Mbak Endri ? Saya lupa. Kembali, saya mengajak Raihan untuk membawa konsumsi ke beberapa TPS di Sendangmulyo. Akhirnya, paketan konsumsi terakhir bisa kami antarkan ke TPS. Tepat bersamaan dengan kumandangnya Adzan Dzuhur. Urusan konsumsi saksi, pelik juga ternyata.(*)Minggir, 24 Feb.2024. Uwik DS.
Turi, Pdmsleman.Or.Id Tim PKM Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta memberi edukasi literasi digital pada santri di Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid Al-Islam pada tanggal 24 Februari 2024. Bertempat di Gedung Dahwah Al-Islam Randusongo, Donokerto, Turi Sleman, acara ini dihadiri oleh 28 santriwan dan santriwati TPA Masid Al-Islam. Edukasi literasi digital ini juga dihadiri oleh delapan orangtua santri dan 3 orang ustdzah. Sebagai pembicara adalah Sutipyo Ru’iya, mengatakan anak merupakan calon penerus di masa yang akan datang, dengan kondisi dan problem yang berbeda dengan saat ini. Karena itu anak harus mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi kondisi pada zamannya. Saat ini sering disebut dengan zaman digital, dimana semua platform kehidupan disuguhkan dengan digitalisasi. Menghadapi era digital ini, Sutipyo Ru’iya mengatakan bahwa “ di tengah perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dengan berbagai kecanggihannya sangat mempengaruhi bagaimana sebaran informasi menghantam kehidupan ini”. Kecepatan informasi dan jangkauan penyebarannya sangat sulit untuk di kendalikan Pada saat inilah pendidikan mempunyai peran penting untuk mengarahkan, meluruskan, dan menguatkan kemampuan masyarakat (anak-anak) dalam menghadapi kenyataan tersebut. Anak-anak sebagai aset bangsa harus diselamatkan dari kuatnya arus teknologi informasi yang membawa berbagai dampak baik positif ataupun negatif. Materi edukasi literasi digital ini menitik beratkan pada bagaimana menggunakan handphone yang benar, “ Handphone ibarat pisau bermata dua, pada satu sisi mempunyai banyak manfaat namun di sisi yang lain dapat menjadi pembunuh”. Oleh karena itu handphone harus digunakan secara bijak. Cara menggunakan handphone yang bijak antara lain: menggunakannya untuk komunikasi dengan memperhatikan adab-adab berkomunikasi, mencari informasi yang harus hati-hati dengan informasi hoax, untuk belajar, serta jangan lalai sehingga menggunakan HP tanpa batas. Menggunakan HP harus dibatasi, karena para santri harus belajar ilmu pengetahuan. Reportase Sutipyo Ru’iya M.SI MPI PDM Sleman
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 10). Estimasi saya meleset. Saya kira kejadian di “injuri time” itu sudah selesai. Ternyata, masih berlanjut. Menghangatnya group saksi SQ Minggir itu terus membawa “korban”. Tiba tiba, Mas Yoga japri saya. “Mas Dwi, iki Mas Irfan menyatakan mundur”, katanya. “Welah. Kok metu keneng apa ?”‘ tanya saya. “Wah, embuh ora cetha e”, katanya lagi. “Waduh. Lha piye kuwi ?. Padahal waktune kari mengko bengi je”, sambung saya. “Wah. Tulung golekke pengganti Mas !”, imbuh saya. “Waduh. Piye ya ? Waktune mepit banget iki. Tapi oke, coba tak golekke Mas”, “Kudu entuk ya !”, tegas saya. Waktupun berjalan. Detik berganti menit. Menit berubah jam. Dan sorepun menjelang malam. Sudah hampir jam 21.00 malam. Belum ada tanda tanda dari Mas Yoga. Saya semakin dag dig dug. Detik detik terakhir di “injury time” itu begitu menyiksa. Tiba – tiba, suara motor berhenti di pekarangan rumah. Suara seorang laki laki muda menyapa : “Assalamualaikum, Pak Dwi”. “Wa alaikum salam …” Sayapun keluar rumah. Nampak seorang pemuda yang saya kenal. Anaknya sahabat saya, Mas Harto bengkel. Namanya : Fuad. “Wah, dengaren. Ana apa Mas ?”, tanya saya. “Ini saya disuruh Om Yoga. Untuk menemui njenengan. Diminta untuk jadi saksi Syauqi. Menggantikan Om Irfan”, katanya. Alhamdulillah. “O ya siap. Wis nggawa KTP Mas ?”, tanya saya. “Mbeta Pak !”. Akhirnya, di malam itu, saya sendiri yang membimtek Fuad. Ia adalah saksi yang ketiga, yang saya bimtek di masa injury time. QSaya jelaskan rinci dan runtut. Apa yang menjadi fungsi dan tugas saksi. Lalu, bagaimana cara menginstal Aplikasi Relawan Syauqi. Disambung kemudian cara mengisi dan mengoperasikannya. Belum lagi selesai membimtek Fuad, HP saya bergetar. Ada WA masuk. Dari Mas Sunu. “Ayo. Segera merapat ke Ngloji. Sudah ditunggu relawan lain. Menyiapkan tempat untuk besok pagi. Nata meja kursi dan lain lain”, katanya. “Bentar lagi. Nyusul. Lagi mbimtek”, jawab saya. “Sapa sing dibimtek?”, sambungnya. “Ya saksi Syauqi”. “Jare wis komplit ?”. “Ana beberapa sing metu. Dadi iki golek penggantine”. “Welah. Nek ngono kuwi terus jenenge bimtek apa ?”, tanyanya. “Hilirisasi bimtek !”, kata saya. “Weh. Artine apa kuwi ?”. “Halah … Mbuh … !. 👃😃😄(*) Minggir, 24 Feb. 2024.Sambil ngopi pagi. Uwik DS
Minggir, Pdmsleman.Or.Id SMP Muhammadiyah 1 Minggir, Sleman, menjadi pusat perhatian dengan terselenggaranya Muhiminggir Cup Competition #2, kejuaraan Pencak Silat Tapak Suci yang berlangsung di Hall Darrusalam Singojayan pada tanggal 23-25 Februari. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pencarian bakat olahraga, tetapi juga sebagai wujud nyata pengembangan prestasi siswa dan pengenalan sekolah kepada masyarakat. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, Agung Armawanta, memberikan apresiasi atas terselenggaranya kejuaraan ini. Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya tentang mencari bibit olahraga, tetapi juga menekankan pentingnya pembentukan karakter siswa. “Jika semuanya disusun dengan ahlak yang baik maka, power, spirit, dan fisik akan menjadi bagus,” ungkapnya. Sementara Ayahanda Eko Sumardiyanto ST selaku pimpinan PDM Sleman dalam sambutannya menyapaikan “ apresiasi terselenggaranya kompetisi ini sebagai ajang peningkatan prestasi dan pencarian bibit-bibit atlet Tapak Suci dan pencak silat sejak dini”. Ketua Panitia, Oktavia Kurnia Astusi, menyatakan bahwa kegiatan ini telah menjadi tradisi dengan terselenggaranya Muhiminggir Cup Competition #2 untuk kedua kalinya. Jumlah peserta yang terus meningkat dari tahun sebelumnya menunjukkan antusiasme yang besar dari masyarakat, dengan melibatkan peserta dari tingkat TK, SD, dan SMP se-DIY. “Tahun lalu jumlah peserta dalam Muhiminggir cup Competition hanya 150 peserta, dan saat ini peseta pencak silat tapak melonjak menjadi 214 peserta, yang diikuti tingkat TK, SD, dan SMP Se-DIY. Di mana kita melibatkan wasit juri dari Pimpinan Wilayah DIY,” tambahnya. Sementara itu, Kepala SMP Muhammadiyah 1 Minggir, Widayatun, S.Ag, mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta atas partisipasinya, Kami berharap agar peserta dapat menampilkan sikap sportifitas, disiplin, dan mandiri sesuai dengan karakter Pelajar Pancasila, serta dapat lebih mengenal SMP Muhammadiyah 1 Minggir ke depannya”. Reportase Widayatun, S.Ag, & Wahdan Arifudin S.Pd
Catatan kecil. (Spesial SQ bagian 9)Tiga hari sebelum hari H, tepatnya di Hari Ahad, Kang Darojad memberi undangan. Mengumpulkan perwakilan kordes dan Tim IT se TPC di Sleman Barat. Tempatnya di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan. Saya mengutus 9 orang perwakilan tim IT dan kordes ke acara itu. Saya sendiri tidak bisa hadir. Pada waktu yang sama, ada undangan ke Aula PWM DIY. Saya membersamai Ketua PCM Minggir. Acara penerimaan hadiah pemenang Stand terbaik di ajang MJE 3. Dimana, PCM Minggir dinobatkan sebagai juara 2 Stand terbaik tingkat DIY. Acara di Moyudan itu khusus tentang bimtek IT. Terutama terkait dengan strategi penggunaan aplikasi Relawan Syauqi ketika nanti akan digunakan di hari H. Saya bisa membayangkan betapa pentingnya penguasaan aplkasi Relawan Syauqi itu. “Mas, bagaimana sebetulnya strategi penggunaan aplikasi Relawan Syauqi tersebut ?”, tanya saya ke Mas Fathan, salah seorang kordes dan sekaligus pakar IT di PCM Minggir. Mas Fathan menerangkan dengan rinci dan runtut. Alhamdulillah, saya sedikit lega. Paling tidak, tentang aplikasi Relawan Syauqi kita sudah bisa kuasai. Sehari sebelumnya, saya dapat undangan ke PDM Sleman. Mengambil dana amunisi untuk saksi Syauqi. Alhamdulillah. 50 % amunisi untuk saksi sudah di tangan. “Bagaimana dengan sisanya yang 50% lagi ?”, batin saya. Pak Ketua TPC SQ lalu berinisiatif. Kami maraton. Setelah dari PWM DIY, maka diundanglah semua ketua PRM, ketua PCA, perwakilan RRA, kordes dan relawan. Membalas hal yang sangat penting. Yakni : mencari solusi mendapatkan sisa 50% lagi dana untuk saksi. Pun, bagaimana menyiapkan konsumsi ketika hari H serta mendistribusikannya sampai ke saksi di semua TPS. Sekakigus juga konsumsi untuk petugas yang berjaga di Posko Ngloji. Alhamdulillah, rapat koordinasi itu menghasilkan point point yang sangat positif. Nampaknya, semuanya sudah terkondisi dengan baik. Hari terus berganti. Tibalah saat hari H – 1. Entah mengapa. Semakin mendekati hari H, saya masih saja khawatir. Padahal, sepertinya, semuanya sudah “in line’. Bergerak senada seirama. Berjalan searah dan segaris. Formasi komplit. Pekerjaan sudah terbagi dan terdelegasikan dengan cukup matang. Satu lagi, sayapun sudah bisa menguasai aplikasi Relawan Syauqi itu. Sepertinya masih ada satu hal yang mengganjal. Tapi entah apa ? Ketika itu, kami sekeluarga baru saja “nderekke” Budhe nya anak anak. Mengantar ke Stasiun Tugu. Budhe nya anak anak “nglegakke” berkunjung ke rumah Jogja. Sekalian ngantar Fadhli, anak mbarep saya, mudik ke Jogja. Ia mudik sekalian mau nyoblos. Di sela perjalanan pulang, tiba tiba HP saya bergetar. Ada WA masuk. “Assalamualaikum wrwb. Pak Dwi, nyuwun pangapunten sanget. Niki kula badhe mundur saking saksi Syauqi nggih Pak ?”, isi WA nya. “Wa alaikum slm wrwb. O nggih pak. Niki sinten nggih ?”, tanya saya. “Kula Pak Fauzan. Saksi TPS 07. Sembuhan Kudul. Nyuwun ngapunten estu nggih Pak. Niki ndilalah omten acara mendadak sing mboten saget diwakilkan”, jelasnya. Saya seperti tersentak. “Mungkin inilah jawaban kegelisahan saya”, saya sedikit berbisik. Rupanya, Mas Antok mengerti dengan perubahan saya. Sambil pegang kemudi, ia bertanya : “Ana apa e Cak ?”. “Wah iki lho. Ana saksi sing tiba tiba mundur. Padahal ming kari sedina iki je”, kata saya. “Sapa sing mundur ?”, tanyanya. “Pak Fauzan. TPS 07. Sembuhkan Kidul”. Suasana hening. Tapi tidak lama kemudian, “Ngene wae. Anak lanang kuwi dikon ngganteni dadi saksi. Piye ? Eh, Fadhli, kamu mau jadi saksi kah ?”, tanya Mas Antok. “Saksi apa, om ?”, jawab Fadhli. “Saksi DPD Syauqi. Kamu cuma duduk dan memantau di TPS saja. Lumayan dapat uang transport. Akhirnya, Fadhlipun bersedia. Bimtek pun dilakukan di dalam mobil. Yang membimtek : ibunya. Sampai di rumah, saya sengaja memberi info lewat Group Saksi SQ Minggir. Saya sebutkan bahwa uang transport Saksi Sauqi akan dicairkan besok. Setelah saksi menyerahkan berkas C1 Hasil suara DPD Syauqi. Tiba – tiba, Group WA itu langsung ramai. Banjir komentar. Saya sempat membaca beberapa komentar. “Alhamdulillah. Terima kasih pak”, tulis seorang saksi. Tapi, ada juga yang berkomentar bernada unik. “Wah, seandainya separoh bisa cair malam ini kan lumayan. Bisa untuk nyicil kebutuhan lain lain”, katanya. Pun, ada juga komentar lain. Yang senada. Setelah membaca beberapa komentar, HP saya letakkan. Saya mengalihkan perhatian ke lain aktivitas. Selama hampir satu jam saya mencuci tumpukan pakaian menggunung. Yang sudah beberapa hari tertunda. Rupanya, selama saya tinggal, suasana di group “sempat menghangat”. Beberapa komentar tidak sempat saya baca. Rupanya beberapa chat yang “hangat” itu sudah dihapus. Ada dua komentar yang mendominasi. Salah satunya komentar Mas Yoga dan salah seorang saksi. Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang njapri saya : “Nyuwun sewu Mas Dwi. Wah, niki wau group e rada panas Pak. Nanging, sak niki sampun adem kok”, “Wah nggih e. Niki wau kula tinggal umbah umbah. Jebul kathah komentar sing mpun dihapus. Onten napa e Mas ?”, “Mboten onten napa napa kok Mas. Sing jelas niki wau mpun adem”, jelasnya. “O nggih. Alhamdulillah”, sambung saya. Tiba-tiba, ia melanjutkan komentar : “Mas, nyuwun sewu. Mas Yoga itu di Tim SQ posisine dados napa nggih ?” Saya sempat tercekat beberapa saat. Tapi kemudian : “Mas Yoga itu relawan senior”, tegss saya. Akhirnya, kegelisahan saya terjawab sudah. Justru di saat saat akhir menjelang hari H. Saat “injury time” seringkali menjadi masa masa mendebarkan.(*) Minggir, 23 Feb. 2024.Bada Maghrib, Uwik DS.